FUNGSI FUNGSI MANAJEMEN


Fungsi-Fungsi Manajemen
Terdapat perbedaan pendapat dari para tokoh mengenai fungsi-fungsi manajemen. Perbedaan tersebut terjadi karena latar belakang kehidupan, kondisi lembaga atau organisasi dimana para tokoh bekerja, filsafat hidup dan pesatnya dinamika kehidupan yang mengiringnya. Perbedaan-perbedaan fungsi-fungsi manajemen dari para ahli manajemen antara lain :
1)      Henry Fayol : perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengendalian.
2)      L. Gulick : Perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kerja,
pengarahan, pengkoordinasian, penyusunan laporan dan pengendalian.
3)      G.R. Terry : Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/penggerak
pengendalian
.
4)      Ernest Dale : Perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kerja,
pengarahan, inovasi, penyajian laporan, pengendalian.
5)      Koonts dan O’Donnel : Perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pekerja,  pengarahan, dan pengendalian.
6)      Oey Liang Lee : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian.
7)      William Newman : Perencanaan, pengorganisasian, perakitan sumber-sumber, pengarahan, dan pengendalian.
Dari fungsi-fungsi manajemen yang dirumuskan oleh para tokoh tersebut terdapat persamaan dan perbedaannya. Persamaan fungsi manajemen terlihat pada beberapa fungsi, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian. Sedangkan perbedaannya terletak pada pilihan kata yang digunakan untuk menyebutkan suatu fungsi manajemen. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan pelaksanaan (actuating) bervariasi yaitu: pemberian perintah, pengkoordinasian, penyusunan kerja, pengarahan, penyusunan laporan, pelaksanaan, inovasi, perakitan sumber-sumber, memimpin.
Berikut ini akan dijelaskan tentang fungsi-fungsi manajemen secara umum :
1.      Fungsi Perencanaan (Planning)
Langkah awal dari proses manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan proses penentuan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Hakikat dari perencanaan itu sendiri adalah untuk membuat keputusan mengenai arah yang dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah, dan teknik/ metode yang akan digunakan.[1]
Dalam manajemen, perencanaan merupakan pedoman yang harus dibuat, agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien, serta dapat memprioritaskan kebutuhan yang sesuai dengan semua komponen.
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan pesantren  tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.
Suatu perencanaan harus memiliki beberapa karakteristik berikut ini[2] :
1)      Berorientasi pada visi, misi, yang akan dicapai
2)      Memiliki program secara bertahap dan berkesinambungan, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
3)      Mengutamakan nilai-nilai manusiawi
4)      Mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal
5)      Komprehensif dan sistematis
6)      Berorientsai pada pembangunan sumber daya manusia
7)      Dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitanya dengan berbagai komponen
8)      Menggunakan sumber daya internal dan eksternal secermat mungkin.
Kunci utama dalam menentukan aktivitas berikutnya adalah perencanaan. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan, karena tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal.
2.      Pengorganisasian (Organizing)
Kelangsungan hidup lembaga pendidikan sangat bergantung pada pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan proses pembagian pekerjaan yang dialokasikan kepada karyawan yang dalam pelaksanaannya diberi tanggung jawab dan wewenang.[3].
Pengorganisasian dalam pesantren merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah ditetapkan. Dalam manajemen pengorganisasian merupakan kegiatan yang penting, karena dengan adanya pengorganisasian posisi orang menjadi jelas dalam struktur dan pekerjaannya, dan melalui pemilihan, pengalokasian, dan pendistribusian kerja yang profesional, aktivitas operasionalnya dapat berjalan dengan teratur dan sistematis sehingga pesantren dapat mencapai tujuan secara efektif dan sistematis.
3.      Penggerakan (Actuating)
Actuating merupakan upaya pimpinan menggerakan tenaga kerja dan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk melaksanakan kerja secara bersama untuk mencapai tujuan pesantren.
Menurut Ramayulis (2006:237), ada beberapa istilah lain dari penggerakan yaitu, motivating ( usaha memberikan motivaisi kepada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan), directing (menunjukkkan orang lain agar mau melaksanakan pekerjaan), staffing (menempatkan seseorang pada suatu pekerjaan dan bertanggung jawab pada tugasnya), dan leading (memberikan arahan kepada seseorang sehingga mau melakukan pekerjaan tertentu).
Adanya kemampuan pemimpin dalam memimpin, memberikan motivasi, berkomunikasi, dan menciptakan iklim yang kondusif merupakan kunci dari penggerakan.
Dalam manajemen pesantren , agar isi penggerakkan yang diberikan kepada orang dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pemimpin setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan.
Fungsi penggerakan dalam manajemen pesantren adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.[4]
4.    Pengawasan (Conttrolling)
Agar semua kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana dan program kerja yang telah ditentukan sebelumnya maka, diperlukan sebuah pengawasan. Pengawasan merupakan pengukuran dan koreksi terhadap segenap aktivitas anggota lembaga pendidikan untuk meyakinkan bahwa semua tujuan dan rancangan yang dibuat benar-benar sudah telaksana.[5]
Langkah-langkah pengawasan yaitu:
1)      Menentukan tujuan standar kualitas pekerjaan yang diharapkan,
2)      Mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar tujuan dan standar yang ditetapkan,
3)      Memutuskan dan mengadakan tindakan perbaikan.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.



[1] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008),  hal. 93.
[2] Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,  2013), hal. 9.
[3] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta:  Kaukaba, 2013),  hal. 25.
[4] http://mpiuika.wordpress.com/2009/10/22/makalah-diskusi-mpi-kelompok-1/, diakses tanggal 20 September 2014 pukul 22.00 WIB

[5]Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta:  Kaukaba, 2013),  hal. 26.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Pertumbuhan Organisasi Greiner

MAKALAH HADITS MUTAWATIR DAN AHAD

makalah sejarah penghimpunan Al-Qur'an